Kamis, 16 Maret 2017

Hai Kak

Halo, apa kabar kak, terakhir kita bertemu itu tadi waktu aku lewat jalan yang jadi tempat biasa aku melihatmu jalan kaki disitu. Tadi pagi beda, seperti rasaku ke kamu kak. Ada yang salah sepertinya. Aku mungkin selalu menaruh harap yang sebenarnya kamu saja tidak pernah memberikannya, ya kan?

Aku tidak tau kapan semuanya dimulai, apa saat kamu terlihat lucu dengan gigi berbehel mu? Saat kamu terlihat aneh dengan tingkahmu yang lugu? Atau saat aku mulai bisa bicara denganmu, melihat langsung matamu? Bisa juga saat kamu menjadi imam solat dzuhur di rumah makan siang itu? Atau karna rambutmu yang teramat wangi menyerebak kemana-mana terlebih selalu saat aku duduk di atas jok motormu?

Sekarang rasanya aku hanya berani menyapa mu di saat yang pantas. Saat banyak orang bersama kita, atau saat aku benar-benar terpaksa karna terpergok kita saling tatap. Kenapa? Mungkin malu atau takut kecewa? Aku ingin berhenti sampai disini saja sesungguhnya. Tapi, aku tidak bisa bohong, akupun tak tau kenapa aku selalu berfikir tentangmu, kabarmu, perasaanmu terhadap ku, ah lucu.

Aku ingin kita menjadi dekat tanpa sekat, tapi kamu sendiri adalah dinding sekat terkuat yang menjulang tinggi tepat di depan jalan ku menuju ke arahmu. Biar saja, begini saja. Aku hanya akan memanfaatkan tempat kita pertama berjumpa agar bisa bicara dan bertatap. Diluar itu biarlah aku berhenti mencarimu, atau mencoba ikhlas menaruh rasa terhadap mu tanpa mengharap balasan, bahkan sekedar senyuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar